Puasa Galuh

Alhamdullilah, saat ini (2 Sept '10) memasuki sepuluh hari terakhir puasa Ramadhan kali ini Galuh bisa berpuasa penuh tanpa ada yang hari yang lewat. Mungkin memang berat bagi dia, tetapi dorongan dan suport Ibunya memang betul-betul menguatkan hatinya. Seringkali Galuh tergoda dengan jajanan yg dibawa teman mainnya atau di sekolahnya. Menangis, merengek ingin minum dan makan sudah sering terjadi terutama saat siang hari, tetapi alhamdulillah semua bisa dilewatinya tanpa membatalkan puasanya.


Setahun yang lalu Galuh sudah belajar berpuasa, dengan ikut sahur tetapi buka puasa semampu dia, siang atau sore. Tahun ini harus lebih meningkat lagi dengan puasa yang sesungguhnya, yaitu sampai maghrib. Insya Allah dia bisa mentuntaskan puasanya satu bulan penuh. Apalagi usia Galuh sudah 7 tahun.

Sesuai sabda Rasulullah yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Daud dari Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya, dia berkata, bersabda Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam- : "Perintahkan anak-anak kalian shalat pada umur 7 tahun, dan pukullah (jika menolak) pada umur sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka." [HR. Ahmad 2927 dan Abu Dawud 495,496. Disahihkan oleh al-Albani di dalam Irwa al-Ghalil]


Shalat dan Puasa merupakan Rukun Islam, sehingga disamakan juga kewajiban menjalankan puasa dan shalat. Anak-anak harus sejak kecil dibiasakan untuk menjalan kewajiban tersebut sejak dini apabila memang kita menyayangi mereka, dan janganlah meremehkan hal ini hanya karena mereka anak-anak.


Anak kecil yang belum baligh diperintahkan untuk berpuasa jika mampu, sebagaimana dahulu sahabat Nabi -radiallahu'anhum- memerintahkannya kepada anak-anak kecil mereka. Para ulama telah menyebutkan di dalam nas bahwa waliyul amr (wali anak) hendaknya memerintahkan anak-anak kecilnya untuk berpuasa dengan tujuan melatih dan membiasakan mereka mempraktekkan ajaran Islam dalam diri mereka hingga menjadi kebanggaan bagi mereka. Tetapi jika hal itu memberatkan atau membahayakan, maka mereka tidak harus melakukannya. Hakikatnya menyayangi anak justru dengan memerintahkan mereka mengerjakan syariat Islam, melatih dan membiasakannya. Hal ini tentu tidak diragukan merupakan pendidikan yang baik dan pengasuhan yang sempurna. [Syaikh Muhammad Ibn Saleh al-Utsaimin, lihat kitab Ad-Da'wah 1/145-146]


Mengajari anak untuk berpuasa di bulan Ramadhan dengan sungguh-sungguh dan tidak meremehkan hanya karena mereka anak-anak juga memberikan manfaat yang sangat besar untuk orangtuanya.

Disyaratkan bagi orang tua untuk membiasakan putra putrinya berpuasa sejak dini jika mereka mampu, sekalipun usianya kurang dari 10 tahun. Jika sudah 10 tahun ditekankan untuk berpuasa. Jika mereka berpuasa sebelum baligh, hendaknya meninggalkan segala yang membatalkan puasa sebagaimana orang dewasa baik makan, minum dan lain sebagainya. Orang tuanya mendapatkan pahala atas hal itu. [Syaikh Abdullah Ibn Jibrin, lihat Fatwa as-Shiam hal.33]


Karena mereka anak-anak, maka melatih mereka berpuasapun juga harus memperhatikan ke-kanak-an mereka.  Mengalihkan perhatian mereka pada rasa lapar dengan bermain, belajar, atau kegiatan yang bermanfaat sangat dianjurkan, asal bukan kegiatan yang malah merugikan.


Telah jelas bahwa para sahabat memerintahkan anak-anak kecil mereka untuk berpuasa ketika datang perintah berpuasa hari Asyuro. Mereka berkata: "Jika ada yang berkata: 'kami ingin makan', kami pun memberinya mainan dari bulu supaya bermain-main dengannya hingga tenggelam matahari." [Syaikh Abdullah Ibn Jibrin, Fatawa as-Shiam hal.33]


Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar